NILAI
PERAN & KARAKTER KEPEMIMPINAN APARATUR PEMERINTAH
MENJAWAB TANTANGAN GLOBAL
Oleh:
Dr. Adi
Sujatno, SH., MH.
Tenaga Profesional
Lemhannas RI
LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA
2012
I.
PENDAHULUAN
Krisis terbesar dunia saat ini adalah Krisis Keteladanan.
Krisis ini jauh labih dahsyat dari krisis energi, kesehatan, pangan,
transportasi dan air. Karena dengan absennya seorang Pemimpin yang visioner,
kompeten, dan memiliki integritas yang tinggi, maka masalah air, konservasi
hutan, kesehatan, pendidikan, sistem peradilan, dan transportasi akan semakin
parah. Akibatnya, semakin hari biaya pelayanan kesehatan semakin sulit
terjangkau, manajemen transportasi semakin amburadul, pendidikan semakin
kehilangan nurani welas asih yang berorientasi kepada akhlak mulia, sungai,
air, dan tanah semakin tercemar dan sampah menumpuk dimana-mana. Inilah antara
lain permasalah yang di alami dunia, termasuk Indonesia, sebagai bagian
terbesar dari dunia ketiga.
Oleh karena itu pembahasan mengenai tema kepemimpinan
merupakan sebuah topik yang selalu menarik untuk diperbincangkan dan tak akan
pernah habis untuk dibahas sepanjang masa. Masalah kepemimpinan akan selalu
hidup dan digali pada setiap zaman, dari generasi ke generasi guna mencari
formulasi sistem kepemimpinan yang aktual dan tepat untuk diterapkan pada
zamannya. Hal ini mengindikasikan bahwa paradigma kepemimpinan adalah sesuatu
yang sangat dibutuhkan keberadaannya, dinamis dan memiliki kompleksitas tinggi.
Paradigma
kepemimpinan ini didukung suatu pendapat yang ditulis Graen (1976) dan Cashman
(1975) menyatakan bahwa kepemimpinan sebagai suatu proses di mana individu
belajar tentang posisinya dari waktu ke waktu dan beradaptasi serta memperoleh
pengetahuan pada pekerjaan sebagai suatu pengalaman. (Dubisky, Yammarino, dan
Jolson (1995).
Oleh karenanya, dalam catatan
sejarah nusantara, mulai masa kerajaan hingga masa Republik, dikenal beberapa
gaya kepemimpinan seperti : Gaya Kepemimpinan Patih Gajahmada, R. Ng.
Ronggowarsito, Ir. Soekarno, Jenderal besar Soedirman, Jenderal Besar Soeharto,
BJ. Habibi, Gusdur, Megawati, SBY; Yang menarik dari para tokoh tersebut adalah
karakter kepemimpinan mereka masing-masing memiliki ciri khas dan menjadi
sesuatu yang fenomenal dimasanya. Hal ini disebabkan gaya kepemimpinan mereka
sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi zaman yang sedang dihadapi, sehingga
kepemimpinannya menjadi hal yang dibutuhkan oleh zaman dan masanya.
II.
FILOSOFI MANUSIA
&
KEPEMIMPINAN
Jika kita berbicara mengenai
manusia, maka sebenarnya kita sedang membahas mengenai jiwa dan raga. WS Rendra
berpendapat bahwa manusia adalah kesatuan roh dan badan (sukma & raga),
sehingga perbuatan yang penuh kesejatian adalah perbuatan yang mencerminkan
kesatuan roh dan badan (sukma & raga). Dengan demikian, kegiatan
kepemimpinan merupakan kegiatan jasmani sekaligus rohani.
Dalam khasanah Jawa,
perihal manusia dapat dikenal dari ajaran “HA NA, CA RA KA” yang menjelaskan hakekat
manusia sebagai berikut:
1.
HA NA artinya ono yaitu ada.
Ha bermakna hidup,
Na bermakna
nglegeno/wudho, yang berarti ada kehidupan yang masih suci; berarti pulakehidupan
yang masih suci bersih; belum ternoda oleh kesalahan dan dosa; fitrah; sejak
kelahirannya manusia dalam kesucian/fitrah;
2.
CA RA KA artinya bekal manusia hidup di dunia;
CA Bermakna cipto, (cipta),
RA bermakna roso (rasa),
KA bermakna
karso (kehendak), yang berarti bahwa dalam kehidupan manusia, senantiasa sangat
dipengaruhi oleh daya cipta, daya rasadan daya
karsa/kehendak/keinginan/keinginan untuk
mewujudkan kehidupan yang bermakna dan penuh kemuliaan (R.A. Koesnoen,
Politik Pendjara Nasional).
3.
DA TA SA WA LA artinya akal yang tidak cacat; gambaran
hidup manusia yang baru lahir.
4.
PA DHA JA YA NYA artinya sama saktinya, sama digdayanya,
sama kekuatannya
5.
MA GA BA THA NGA artinya
MAbermakna sebagai sukmo (sukma),
GA bermakna sebagai
rogo (raga)
BA+THAbermakna sebagai
bathang (bangkai),
NGA bermakna
sebagai lungo (pergi),
yang berarti berpisahnya sukma dari raga, raga menjadi bangkai, sukma pergi
menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mempertanggungjawabkan hasil
kepemimpinan-nya/pekerjaannya. Sehingga arti bebasnya bermakna bahwa: ada
utusan (duta) yang membawa surat; sama-sama saktinya atau kuatnya; keduanya
saling berperang atau berkelahi; karena sama-sama kuatnya; keduanya meninggal
dunia; yang raga menjadi bangkai, yang sukma pergi menghadap kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Itulah selintas gambaran perjalanan hidup manusia, sejak
kelahirannya sampai menghadap kembali kepada yang Maha Pencipta, salah satu
makna memperingati suatu kelahiran manusia.
Dalam
pandangan Islam, memahami manusia merupakan salah satu jalan penting untuk
mengenal hakekat Tuhan, sehingga Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengenal
dirinya, maka ia mengenal Tuhannya.” Oleh karena itu tidak heran apabila salah
satu tokoh sufistik paling berpengaruh dalam peradaban Islam, Jalaluddin Rumi
menyusun buku “Yang Mengenal Dirinya, Mengenal Tuhannya (fihi ma fihi)” yang berisi puisi-puisi sufistik mengenai kedalaman
makna yang dapat dipetik dari pengenalan terhadap dirinya (baca: manusia).
Tentang Kepemimpinan, Dale Carnegie dalam bukunya “The Leader in You” mengatakan bahwa sebenarnya terdapat jiwa
kepemimpinan didalam setiap diri manusia. Hal senada juga diungkapkan oleh Sri
Sultan HB X yang mengatakan: “Setiap
kita sesunguhnya memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Dan Kekuatan
terdahsyat seorang pemimpin adalah keteladanan dan kejujurannya (siddiq).”
Dalam Al-Qur’an maupun Al-Kitab, telah tersurat didalamnya, bahwa manusia
diciptakan Allah SWT, Tuhan YME adalah untuk memimpin dunia dan alam semesta
sehingga sejak kita dilahirkan kedunia ini, secara fitrah, semua kita adalah
pemimpin, oleh karena itu kita manusia adalah Khalifatullah Tuhan didunia.
Mengenai perlu adanya pemimpin, telah ditandaskan oleh Rasulullah Muhammad
SAW: “Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka
mengangkat salah seorang diantaranya menjadi pemimpin” (HR.Abu Dawud). Beberapa
ayat al-Qur’an juga banyak yang berkaitan dengan eksistensi pemimpin, diantaranya
adalah: Q.S. Al-Baqarah: 124, Al-Anbiya: 72-73, Shad: 26, dan Al-An’am: 165.
Konsepsi kepemimpinan menurut al-Kitab telah
dirumuskan Seminar Agama-agama X/1990 serta dalam buku Leroy Eims dengan judul
“12 Ciri Kepemimpinan Yang Efektif”. Pada ajaran Budha masalah kepemimpinan
ditampilkan dalam falsafah Dhamma pada uraian Thakada. Pada ajaran Hindu,
falsafah kepemimpinan dijelaskan dengan istilah-istilah yang menarik dan memiliki
makna yang mendalam, seperti: PANCA STITI DHARMENG PRABHU (lima ajaran seorang
pemimpin), CATUR KOTAMANING NREPATI (empat sifat utama seorang pemimpin), ASTA
BRATA (delapan sifat mulia para dewa), CATUR NAYA SANDHI (empat tindakan
seorang pemimpin), dan sebagainya.
Dari uraian di atas dapat disimak betapa
strategisnya peran seorang pemimpin dan kepemimpinan.
III.
RAHASIA SUKSES KEPEMIMPINAN APARATUR PEMERINTAH
Menurut Ken Blanchard & Mark
Miller bahwa ada 5 (lima) syarat untuk menjadi seorang Pemimpin besar, adalah:
1)
Seorang Pemimpin harus
menjadi pendengar yang baik;
2)
Seorang Pemimpin harus mampu untuk
mengenal para bawahannya atau yang dipimpin dengan baik,
3)
Kepemimpinan punya banyak
kesamaan dengan GUNUNG ES dimana ada 2 unsur, yaitu:
a.
Berupa kemampuan/perbuatan yang
berada di atas air atau permukaan itu hanya ada sebesar 10% yang kelihatan.
b.
Berupa karakter/keberadaan yang
berada di bawah permukaan air yaitu yang tidak kelihatan sebanyak 90%.
4)
Untuk menjadi Pemimpin yang
besar, maka yang harus dilakukan seorang pemimpin adalah selalu MELAYANI/(To Serve) dan harus mempunyai 5 (lima)
kebiasaan, yaitu:
a.
See
the Future (melihat
masa depan-VISI);
1.
Menciptakan visi yang
menggairahkan merupakan salah satu keistimewaan dan tuntutan yang paling serius
dari para pemimpin.
2.
Karena kepemimpinan
adalah tentang membawa orang-orang dari satu tempat ke tempat lain.
3.
Salah satu prioritas
utama seorang pemimpin ialah harus memastikan bahwa tim tersebut tahu kemana
mereka dibawa.
4.
Seorang
pemimpin diharuskan untuk menentukan arah.
5.
Membayangkan
dan mengkomunikasikan suatu visi yang berorientasi ke masa depan merupakan
bagian terbesar dari Kepemimpinan.
6.
Nilai
merupakan keyakinan yang menggerakkan perilaku kita.
b.
Engage
and Develop Others (melibatkan
& kembangkan orang lain)
1.
Anda harus mempunyai
orang-orang yang tepat, dalam peran yang tepat, yang dilibatkan sepenuhnya jika
ingin mencapi hal-hal yang telah anda identifikasi dalam Melihat Masa Depan.
2.
Segala
sesuatu yang akan Anda capai sebagai pemimpin akhirnya bergantung pada
orang-orang di sekeliling Anda.
3.
Tanpa
mereka, keberhasilan Anda sebagai pemimpin akan sangat terbatas.
4.
Mendapatkan
orang yang tepat dalam pekerjaan yang tepat merupakan bagian pertama dari
istilah Libatkan.
5.
Bersama
setiap pasang tangan yang Anda rekrut, Anda mendapatkan otak secara Cuma-cuma.
6.
Hanya
dengan bekerjasamalah kita akan dapat mencapainya.
7.
Membantu
orang-orang meningkatkan kekuatannya merupakan salah satu bagian dari peran
pemimpin yang paling bermanfaat.
c.
Reinvent continuously (temukan kembali terus-menerus)
1.
Jika
Anda berhenti belajar, Anda berhenti memimpin.
a)
Pemimpin
harus memberikan contoh tentang perilaku yang ia inginkan ditiru oleh anak
buahnya.
b)
Untuk
mempertahankan kelangsungan hidup.
c)
Banyak
diantara jawaban yang berlaku pada masa lalu tidak berlaku lagi dewasa ini.
2.
Pada
sistem dan proses.
3.
Gagasan
tentang penemuan kembali pada tingkat struktural.
d.
Value
results and Relationships (hargai
hasil & hubungan)
1.
Cara untuk memaksimalkan
hasil Anda sebagai pemimpin ialah dengan mempunyai harapan yang tinggi atas
hasil dan hubungan.
2.
Jika kita dapat
memberikan perhatian pada pelanggan dan menciptakan lingkungan kerja yang
memotivasi anak buah, maka keberhasilan antara hasil dan hubungan akan
tercapai.
3.
Kalau keberhasilan adalah
tentang hasil dan hubungan dengan orang lain, Anda nanti harus mengambil
beberap resiko dalam menjalaninya.
4.
Anda harus memperoleh
kepercayaan anak buah Anda. Kalau tidak, Anda tidak akan pernah menjadi
pemimpin yang besar.
e.
Embody
the values (mewujudkan
nilai)
1.
Hidup konsisten dengan
nilai-nilai yang anda akui.
2.
Mewujudkan nilai
merupakan praktik kepemimpinan.
3.
Agar seorang pemimpin
berhasil, ia harus mewujudkan nilai-nilai organisasinya.
4.
Bagaimana Anda dapat
mengubah kegiatan sehari-hari untuk menciptakan keselarasan pribadi yang lebih
besar dengan nilai-nilai ini?
5.
Bagaimana Anda dapat
mengenali dan memberi ganjaran kepada orang-orang yang mewujudkan nilai-nilai
ini?
5)
Kepemimpinan adalah Penampakan
Ini berarti bahwa seorang
pemimpin akan tampak apabila dapat melakukan dengan secara nyata, melaksanakan
kegiatan-kegiatan mempengaruhi, mengajak, menggerakkan sampai kepada sejauh
mana seorang pemimpin itu sering mengambil keputusan-keputusan untuk kepentingan
organisasi dan kesejahteraan para anggotanya. Hal ini perlu dikemukakan karena poin penting dari kepemimpinan adalah
pengambilan keputusan, keputusan yang menentukan hajat hidup orang banyak.
Sedangkan inti dari pengambilan keputusan adalah hubungan antar manusia. Oleh
karenanya, hubungan antar manusia ini harus dilandasi oleh enam prinsip
pokok yang meliputi : persamaan (musawah),
persaudaraan (ukhuwah), cinta
kasih (mahabbah), kedamaian
(salim), tolong menolong (ta’awun), dan toleransi (tasamuh).
Kepemimpinan sejati sama sekali tidak ada hubungannya dengan jabatan seseorang dalam organisasi.
Karena ada banyak orang di dunia ini yang tidak memegang kedudukan sebagai
Pemimpin, namun mereka senantiasa memberikan Kepemimpinannya. Demikian juga
sebaliknya, ada banyak orang yang memegang kedudukan sebagai Pemimpin namun
mereka sama sekali tidak menjalankan Kepemimpinannya.
IV.
TANTANGAN GLOBAL
KEPEMIMPINAN KOMTENPORER
Era
globalisasi saat ini ditandai dengan munculnya revolusi Triple T (3T) yang
mengancam dunia tidak hanya di Indonesia, yaitu Transportation, Telecommunication dan Travel/Tourism. Hubungan
antarpribadi dan antarkelompok sudah sedemikian dekat sehingga batas-batas
antarwilayah menjadi kabur (borderless
area). Kejadian yang berlangsung di suatu wilayah tertentu dapat dilihat
atau dideteksi di wilayah lain dalam hitungan detik.
Sehubungan
dengan era global tersebut, mantan Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan mengidentifikasi adanya 6
kelompok ancaman atau bahaya secara global (six
clusters of threats) yang dihadapi oleh bangsa-bangsa di dunia saat ini,
yaitu:
1)
Ancaman sosial dan ekonomi, termasuk kemiskinan, penyakit
menular dan kerusakan lingkungan ;
2)
Konflik antarnegara ;
3)
Konflik internal, termasuk perang saudara, genosida dan
kekejaman berskala besar lainnya ;
4)
Senjata nuklir, radiologi, kimia dan biologi ;
5)
Terorisme ; dan
6)
Kejahatan lintas negara yang terorganisir.
Di
sisi lain, pembangunan nasional negara-negara berkembang secara tajam dan
komprehensif tergambar dalam The
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2005 yang oleh Kofi Annan disebut
sebagai “An Unprecedented Promise by
World Leaders to Address, As a single package, Peace Security, Development,
Human Rights and Fundamental Freedom” dengan target waktu sampai dengan
tahun 2015.
MDGs
berbeda dengan program-program lain yang semacam, karena karakternya yang “People-Centered, Time Bound and Measurable”;
didasarkan atas “A Global Partnership”,
yang menekankan pada tanggung jawab negara berkembang untuk mengurus rumah
tangganya sendiri dan negara maju untuk membantu usaha-usaha yang dilakukan.
MDGs melibatkan dukungan politik tingkat tertinggi yang belum pernah terjadi
sebelumnya, baik di negara-negara maju maupun berkembang, Civil Society dan lembaga-lembaga pembangunan utama lainnya; serta
prediksi bahwa hal tersebut bisa dicapai (Achievable). MDGs
mencakup 8 langkah sebagai berikut:
1.
Menanggulangi Kemiskinan;
2.
Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua
3.
Mendorong Kesetaraan Gender & Pemberdayaan Perempuan;
4.
Menurunkan Angka Kematian Anak;
5.
Meningkatkan Kesehatan Ibu;
6.
Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan
7.
Penyakit Lainnya;
8.
Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup;
9.
Membangun Kemitraan Global
10.
untuk Pembangunan.
Sejalan
dengan MDG’s tersebut, pembangunan nasional pada dasarnya merupakan usaha untuk
membangun peradaban (Civilization
Development) yang secara keseluruhan merupakan usaha untuk meningkatkan “Human & National Capabilities”, yang
mencakup tidak hanya tinggi rendahnya pendapatan nasional dan pendapatan per
kapita tetapi secara komprehensif mencakup pula kualitas dan kuantitas
penduduk; kemajuan sains dan teknologi; tingkat korupsi dan tingkat
pengangguran; daya tarik bagi penanaman modal asing; kualitas infrastruktur;
stabilitas ideologi dan politik; keamanan nasional; jumlah orang yang hidup di
bawah garis kemiskinan; jumlah hutang nasional; dan kemampuan bangsa untuk
mengembangkan keunggulan komparatif dan kompetitif di era globalisasi. Dengan
demikian, pertumbuhan ekonomi hanya merupakan salah satu sarana untuk
meningkatkan peradaban.
Di
samping permasalahan yang harus dihadapi, Indonesia masih memiliki permasalahan
spesifik seperti kepeloporan di negara-negara Asean, Non-Blok dan OKI; gerakan
radikalis yang merupakan akar (root
causes) terorisme; masyarakat yang masih terbebani usaha untuk menciptakan
“Constructive Pluralism”; gerakan separatisme di Papua; Krisis ekonomi yang
belum pulih; proses reformasi/demokratisasi yang belum selesai (Penegakan
Indeks Demokrasi berupa: prinsip-prinsip konstitualisme, Good Governance, Freedom of The media, Independence of Judiciary,
Civilian Control to the Millitary, Otonomi Daerah, Pemilu yang Free dan
Fair, System Checks and Balances, Penghargaan Terhadap Kelompok Kepentingan,
Public’s Rights to Know, Perlindungan
Kelompok Minoritas, Hukum yang aspiratif, Promosi dan Perlindungan HAM); Belum
lagi usaha untuk menegakkan kembali wibawa ideologi Pancasila sebagai “Margin of
Appreciation” bangsa; Globalisasi, Liberalisasi Ekonomi dan
Perubahan Sosial (Social Change) yang
cepat, akibat kemajuan teknologi informatika, serta komunikasi dan transportasi
yang merupakan tantangan tersendiri.
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dalam salah satu orasi ilmiahnya (pada acara Reuni Akbar
Alumni IKAL, Lemhannas RI) merumuskan tantangan bagi bangsa Indonesia saat ini
dibagi dalam 9 kelompok yang meliputi :
1.
Ideologi
& kerangka bernegara
2.
Politik
& Demokrasi
3.
Ekonomi
& Keadilan Sosial
4.
Hukum
& Pemerintahan
5.
Persatuan
& Desentralisasi
6.
Stabilitas
& Keamanan Dalam Negeri
7.
Pertahanan
& Politik Luar Negeri
8.
Budaya
& Teknologi
9.
Pembangunan
Berkelanjutan.
V.
MAKNA
INTEGRITAS & KARAKTER KEPEMIMPINAN
A.
Makna
Integritas
Kepemimpinan
yang dibangun atas kekuatan berpikir dengan kebiasaan yang produktif yang
dilandasi oleh kekuatan moral berarti ia memiliki “Integritas” untuk bersikap
dan berperilaku sehingga ia mampu memberikan keteladanan untuk mempengaruhi
orang lain untuk melakukan perubahan yang terkait dengan proses berpikir. Oleh
karena itu seseorang yang memiliki kepemimpinan yang mampu menerapkan arti dan
makna integritas berarti ia meyakini benar bahwa jika hanya orang yang kuat
yang dapat bertahan dan keinginan menghambat kemajuan orang, menjadi kaum
penjilat, bermuka dua, tidak akan menjadi orang yang mampu mengikuti perubahan.
Dengan
pemikiran diatas, maka “Integritas” menjadi kunci kepemimpinan “bagaimana ia
membuat keputusan yang benar pada waktu yang benar” dalam bersikap dan
berperilaku karena disitulah terletak pondasi dalam membangun kepercayaan dan
hubungan antara individu dalam organisasi. Dimana kita memperhatikan legalitas
dan prosedur yang harus ditempuh, namun yang lebih penting “Integritas” seseorang
dapat menuntun mana yang jujur dan yang tidak jujur yang tidak mudah di
kacaukan hal-hal yang bersifat formal tapi dapat menyesatkan.
Jadi
kepemimpinan yang memiliki “intergritas”, maka ia menyadari benar bahwa rimba
hukum memang tidak pernah jelas, itu tidak berarti ia akan mempergunakan dengan
dalih kekuasaan untuk ikut bermain dalam arena tersebut, karena ia akan menolak
untuk ikut serta dalam persaingan yang tidak sehat, walaupun hal itu merupakan
tugas yang akan dilaksanakannya. Oleh karena ia dalam bersikap dan berperilaku
tidak akan melepaskan diri dari membuat suatu keputusan yang adil dan objektif.
Jadi dengan intergritas itu berarti ia memiliki manajemen intuitif untuk
mengintergrasikan otak kanan dan kiri dengan hati sebagai keterampilan manajemen
abad baru.
Kepemimpinan
yang konsisten menunjukkan keteladanan dalam mempengaruhi orang lain berarti
memberikan daya dorong untuk memotivasi dirinya dalam membangun integritas,
yang secara tak langsung mendorong orang lain untuk memahami secara mendalam
prinsip dalam menumbuh kembangkan integritas yang kita sebut dengan prinsip
pertama adalah menumbuh kembangkan kepercayaan dan keyakinan dalam merubah
kesadaran inderawi ke tingkat yang lebih baik ; prinsip kedua adalah memberi
saling menghormati dan menghargai orang lain ; prinsip ketiga adalah memiliki
kemampuan dalam kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual.
Untuk
menegakkan prinsip integritas diatas, maka setiap individu harus mampu memahami
makna dan arti integritas yang dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Caranya
mendorong orang untuk menggerakkan kekuatan pikiran dengan memahami dari unsur
huruf menjadi kata bermakna sebagai suatu pendekatan untuk memotivasi diri
dalam membangun kepercayaan dan keyakinan sebagai titik tolak agar ia mampu
berbuat sesuatu untuk kemajuan dirinya, untuk apa ia mengikat diri kedalam
suatu organisasi.
Integritas
dapat dipahami dari makna huruf menjadi kata bermakna yaitu (I)krar, (N)iat, (T)abiat, (E)mosional, (G)una, (R)asional, (I)hsan, (T)awakkal, (A)manah, (S)abar. Jadi bila kata tersebut
disusun kedalam suatu untaian kalimat yang bermakna, maka pemahaman INTEGRITAS adalah manusia secara sadar
membuat (I)krar dengan membangun (N)iat sebagai keinginannya secara
ihklas untuk meningkatkan kedewasaan (E)mosional
agar memberi (G)una kedalam pikiran (R)asional dengan berbuat (I)hsan bakal memproleh kebaikan
duniawi yang berlandaskan dengan (T)aqwa,
(A)manah dan (S)abar. untuk bersikap dan berperilaku.
Dengan
pemahaman itu diharapkan menjadi daya dorong untuk bersikap dan berperilaku
bahwa “dapatkah kepemimpinan anda dan pengikutnya mencapai keberhasilan untuk
tetap memiliki “integritas” dalam usaha-usaha membangun budaya organisasi yang
kuat sebagai wahana untuk melaksanakan transformasi dalam perubahan sikap dan
perilaku untuk mengikat diri kita bersama dan membangkitkan jiwa kepuasaan di
dalam diri kita. Jadi integritas menjadi penuntun dan wasit agar kita aka
konsisten sehingga keyakinan kita akan dicerminkan oleh perbuatan kita, yang
akan menunjukkan bahwa tidak akan ada perbedaan antara apa yang kelihatan dan
apa yang diketahui lingkungan kita tentang diri kita, apakah berada dalam saat
berkuasa atau tidak berkuasa.
Jadi
integritas bukan hanya penuntun dan wasit antara dua keinginan yang kita sebut
dengan “orang yang bahagia dan jiwa yang terbagi” Dengan pemahaman integritas
dari sudut kata yang bermakna yang telah kita kemukakan diatas, maka
membebaskan kita untuk menjadi diri yang utuh tidak peduli apa yang akan datang
kepada kita.sehingga tingkat kedewasaan kita akan menunjukkan “kalau apa yang
saya katakan dan apa yang saya lakukan sama, hasilnya konsisten dalam bersikap
dan berperilaku.
B.
Karakter Kepemimpinan
Kepemimpinan
sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau pun jabatan seseorang.
Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari
keputusan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi
keluarganya, bagi lingkungan pekerjaannya, maupun bagi lingkungan sosial dan
bahkan bagi negerinya.
Justru
seringkali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka
yang dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh
anggota tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin
sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan
maximizer.
Konsep
pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima
oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan
pujian (honor and praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan
dikultuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru
kepemimpinan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati
(humble).
Pelajaran
mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah
hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa
bangsanya dari negara yang rasialis, menjadi negara yang demokratis dan
merdeka.
Seperti yang
dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan
dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya.
Perubahan karakter adalah segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati.
Kematangan dan kedewasaan. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri,
tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan
menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang
tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.
VI.
KEPEMIMPINAN ERA KE ERA
Era Hindu, didalam masanya bahwa setiap Raja adalah
Keturunan Dewa, konsep ini dimaksudkan untuk memperoleh legitimasi kekuasaan
dengan mereinkarnasikan kekuasaan para dewa seperti : dewa brahma, dewa syiwa
wisnu yang mempunyai sifat kearifan, keadilan dan kecerdasan.
Pada ajaran Hindu, falsafah kepemimpinan dijelaskan
dengan istilah-istilah yang menarik dan memiliki makna yang mendalam, seperti:
PANCA STITI DHARMENG PRABHU (lima ajaran seorang pemimpin), CATUR KOTAMANING
NREPATI (empat sifat utama seorang pemimpin), ASTA BRATA (delapan sifat mulia
para dewa), CATUR NAYA SANDHI (empat tindakan seorang pemimpin), dan
sebagainya.
Dalam Catur Naya Shandi diterangkan, bahwa seorang
pemimpin hendaknya melaksanakan empat hal, yaitu : SAMA (mampu menandingi
kekuatan musuh), BHEDA (melaksanakan tata tertib dan disiplin kerja), DHANA
(mengutamakan sandang dan papan untuk rakyat), DANDHA (menghukum dengan adil
mereka yang bersalah).
Ajaran Hindu juga mengajarkan pantangan bagi seorang
pemimpin yang diistilahkan MOLIMO (Lima ME). 1). Memotoh (main judi), 2). Metuakan
(minum-minuman keras), 3). Memati-mati, 4). Memadat, 5). Memitra/Madon
(selingkuh).
Era Budha dalam falsafah Dhamma pada uraian Thakada,
menguraikan mengenai kepemimpinan yang baik yaitu kepemimpinan yang memenuhi
“Sepuluh Kewajiban Raja” (DASA RAJA DHAMMA) yang terdiri dari : DHANA (suka
menolong, tidak kikir dan ramah tamah), SILA (bermoralitas tinggi), PARICAGA
(mengorbankan segala sesuatu demi rakyat), AJJAVA (jujur dan bersih), MADDAVA
(ramah tamah dan sopan santun), TAPA (sederhana dalam penghidupan), AKKHODA
(bebas dari kebencian dan permusuhan), AVIHIMSA (tanpa kekerasan), KHANTI
(sabar, rendah hati, dan pemaaf), AVIRODHA (tidak menentang dan tidak
menghalang-halangi).
Era Islam, Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi
religiusitas, falsafah kepemimpinan juga dapat dijumpai dalam ajaran Islam,
dimana pemegang fungsi kepemimpinan disebut IMAM dan istilah kepemimpinan
disebut IMAMAH. Sedangkan penyebutan istilah pemimpin negara, dalam sejarah
kebudayaan Islam menggunakan istilah yang beraneka ragam, seperti : khalifah,
amir, sultan, dan wali. Dan perkataan “wali” dalam arti pemimpin masih segar
hingga hari ini, sering kita jumpai istilah: wali kota, wali negeri, wali
songo, dan sebagainya.
Mengenai perlu adanya pemimpin ditandaskan Rasulullah SAW:
“Apabila berangkat tiga orang dalam perjalanan, maka hendaklah mereka
mengangkat salah seorang diantaranya menjadi pemimpin” (HR.Abu Dawud). Dan
Beberapa ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan eksistensi pemimpin diantaranya
adalah: Q.S. Al-Baqarah: 124, Al-Anbiya: 72-73, Shad: 26, Al-An’am: 165.Seorang
pemimpin dituntut mampu menampilkan kepribadian yang ber-akhlaqul karomah
(memiliki moralitas yang baik), Qona’ah (sederhana), dan Istiqomah
(konsisten/tidak ambivalen).
Suri Tauladan Kepemimpinan Nabi Muhammad S.A.W adalah: 1.
SIDDIQ artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan,
2. FATHONAH artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan profesional
(capabel), 3. AMANAH artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi (acceptable)
dan akuntabel, 4. TABLIGH artinya senantiasa menyampaikan risalah kebenaran,
tidak pernah menyembunyikan apa yang wajib disampaikan, dan komunikatif. Dalam
Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat : 159, dijelaskan tentang lima sifat yang harus
dimiliki oleh pemimpin. Kelima sifat itu adalah: bersikap lunak dan lembut,
jangan bersikap kasar dan berhati jahat, suka memberi maaf, selalu menegakkan
musyawarah, dan berpegang teguh kepada keputusan musyawarah.
Era Kristiani (al-Kitab) seperti dalam Rumusan Seminar
Agama-agama X/1990 dan buku Leroy Eims memaparkan 12 Ciri Kepemimpinan yang
efektif. Kedua belas ciri tersebut adalah : (1). Bertanggung jawab, Bertumbuh,
Memberi Teladan, (2). Dapat Membangkitkan Semangat, (3). Jujur, Setia, Murah
hati, (4). Rendah hati, (5). Efisien, (6). Memperhatikan, (7). Mampu
Berkomunikasi, (8). Berorientasi pada sasaran, (9). Tegas, (10). Cakap, (11).
Dapat mempersatukan, serta (12).
Era Reformasi mengakhiri jaman Orde Baru ditandai
lengsernya Presiden Suharto pada tahun 1998. Rejim Suharto yang berkuasa selama
32 tahun berakhir dan naiklah BJ Habibie sebagai Presiden. Pada masa BJ Habibie
ini, kran kebebasan pers dibuka lebar-lebar sehingga melahirkan demokratisasi
yang lebih besar. Pada saat itu pula peraturan-peraturan perundang-undangan banyak
dibuat. Pertumbuhan ekonomi juga cukup tinggi dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Namun pada era Habibie, suasana kebatinan pada saat itu adalah
menolak segala yang beraroma Orde Baru sehingga ketidakpercayaan terhadap
pemerintah begitu tinggi.
Setelah Habibie turun, maka dalam suatu pemilihan
demokratis untuk pertama kalinya dalam tiga dasawarsa, terpilihlah duet KH
Abdurrahman Wahid-Megawati Sukarnoputri sebagai Presiden dan Wakil Presiden
dalam pemilihan langsung di Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Era Gus Dur ditandai dengan diteruskannya demokratisasi
serta kehidupan kebangsaan yang lebih egaliter yang meruntuhkan kesakralan
kekuasaan. Tetapi dalam perjalanannya, Gus Dur sering membuat pernyataan yang
menimbulkan konflik-konflik politik. Beberapa wacana yang dilontarkan, telah
membuat pro-kontra di masyarakat sehingga tidak memberikan kontribusi positif
terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Puncak pro-kontra tersebut terjadi
pada saat terjadinya perbedaan pendapat yang melebar antara Presiden dan MPR
sehingga MPR mengadakan Sidang Istimewa yang berujung pada diturunkannya
Abdurrahman Wahid dari jabatan Presiden serta naiknya Megawati Sukarnoputri
menjadi Presiden.
Pada era Megawati, situasi berbangsa dan bernegara
menjadi lebih kondusif. Namun krisis multidimensi yang dialami sejak awal tahun
1998 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Hal tersebut menjadikan
banyaknya social distrust (ketidakpercayaan sosial) ditengah-tengah masyarakat
sehingga apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, selalu ditanggapi
secara negatif oleh masyarakat.
Pasca Pemilu langsung tahun 2004 yang menghasilkan duet
kepemimpinan nasional SBY-JK dan Kabinet Indonesia Bersatu telah meletakkan
kebijaksanaan nasional dan landasan kerja guna membangun pemerintahan yang baik
dan bebas KKN, melanjutkan reformasi birokrasi, dan mempercepat pemberantasan
korupsi dalam rangka mewujudkan Indonesia yang ADAM (Aman dan Damai), ADEM
(Adil dan Demokrasi), dan BAHTERA (Tambah Sejahtera) dengan Agenda Utama, yaitu
: Peace, Justice, Democracy dan Prosperity (Perpres No. 7/2005), serta
mewujudkan GOOD GOVERNANCE dan CLEAN GOVERNMENT. Yang berlanjut terpilihnya
duet SBY-BOEDIONO dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid II dengan segala
program dan kegiatannya pada periode 2009-2014.
VII.
KEPEMIMPINAN
KONTEMPORER KE DEPAN
Terkait
dengan nilai dan peran kepemimpinan kontemporer yang dikaitkan dengan
partisipasi politik diera demokrasi dan diera reformasi ini salah satu model
kepemimpinan yang tepat adalah kepemimpinan situasional, karena salah satu
model kepemimpinan yang paling banyak dipraktekkan ialah
kepemimpinan situsional dari Paul Hersey
dan Kenneth H. Blanchard (1995). Model ini telah lama dipraktikkan pada
perusahaan multinasional dan juga di kalangan
militer dan pemerintahan.
Kepemimpinan
situasional ini merupakan bagian dari teori kontingensi yang berfokus pada pengikut atau bawahan. Kepemimpinan yang sukses dapat
dicapai melalui gaya kepemimpinan yang benar, yakni disesuaikan dengan tingkat maturitas (kedewasaan) bawahan. Penekanan
pada pentingnya bawahan dalam kepemimpinan efektif menggambarkan suatu
kenyataan bahwa merekalah para bawahan yang akan menerima atau menolak seorang
pemimpin tanpa memandang apa yang dilakukan oleh seorang pimpinan.
Efektivitas pemimpin tergantung pada tindakan para bawahannya. Hal inilah yang
sering menjadi fokus utama, tetapi di sisi lain juga disepelekan dalam
teori-teori kepemimpinan.
Yang dimaksud dengan “maturitas”
di sini adalah adanya kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung
jawab dalam mengarahkan perilaku mereka sendiri. Ada
dua komponen maturitas, yaitu maturitas kerja dan maturitas psikologi.
Yang pertama berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan seseorang. Orang
yang mempunyai maturitas kerja yang tinggi memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman untuk memperlihatkan tugas kerjanya tanpa arahan
atau petunjuk dari orang lain. Maturitas
psikologi berhubungan dangan kemauan dan motivasi untuk melakukan sesuatu.
Orang yang memiliki maturitas psikologi yang tinggi tidak terlalu membutuhkan dorongan
dari luar. Mereka telah termotivasi secara intrinsik.
Kepemimpinan situasional juga menggunakan dua dimensi kepemimpinan yang
sama dengan dimensi yang telah diidentifikasikan oleh Fiedler, yaitu perilaku
yang berkaitan dengan tugas dan perilaku yang berkaitan dengan hubungan sesama.
Hanya saja dalam kepemimpinan situasional dilakukan elaborasi lebih jauh lagi
dengan mempertimbangkan tinggi rendahnya setiap dimensi yang kemudian
digabungkan ke dalam empat gaya kepemimpian khusus, yaitu memerintahkan,
menawarkan, meminta partisipasi, dan mendelegasikan. Berikut ini penjelasan
masing-masing gaya tersebut ;
1.
Memerintahkan (banyak detil tugas,
sedikit hubungan sesama)
Pada gaya ini, seorang pemimpin yang akan menentukan peranan para bawahan dan memerintahkan mereka
untuk mengerjakan tugas-tugas apa, bagaimana, kapan, dan di mana. Jadi, perilaku direktif
lebih ditekankan.
2.
Menawarkan (banyak detil tugas, banyak
hubungan sesama)
Di dalam gaya ini, seorang pemimpin tidak hanya memberikan perilaku direktif, tetapi juga
perilaku suportif.
3.
Meminta partisipasi (sedikit detil tugas,
banyak hubungan sesama)
Seorang pemimpin
dan bawahan di dalam gaya ini
saling berbagi dalam pengambilan keputusan, di mana peran utama pemimpin dikomunikasikan dan difasilitasikan.
4.
Mendelegasikan (sedikit detil tugas,
sedikit hubungan sesama) Pada
gaya ini, seorang pemimpin hanya memberikan sedikit
saran dan dorongan.
Hal lain yang penting untuk dikemukakan disini
adalah mendefinisikan empat fase maturitas.
M1: Mereka tidak mampu dan tidak mau bertanggung jawab melakukan sesuatu.
Mereka tidak memiliki kompetensi dan
kepercayaan diri.
M2
: Mereka
tidak mampu, tetapi mau melakukan tugas kerja yang
diperlukan. Mereka memiliki motivasi, tetapi kurang dalam penguasaan
keterampilan yang diperlukan.
M3 : Mereka mampu, tetapi
tidak mau melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpinnya.
M4 : Mereka mampu dan mau
melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpinnya.
Komponen maturitas kemudian diintregrasikan ke dalam model kepemimpian situasional. Makin tinggi tingkat maturitas bawahan, makin
sedikit kontrol pemimpin
terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan dan terhadap hubungan sesama. Pada fase M1, para bawahan ini masih
membutuhkan arahan yang khusus
dan jelas. Pada fase M2, dibutuhkan keduanya—arahan
mengenai tugas dan hubungan sesama. Perilaku pemimpin
yang memberikan banyak detil tugas tidak lain untuk
menutupi kekurangmampuan bawahan, sedangkan peningkatan hubungan sesama
digunakan untuk membujuk bawahan secara psikologis agar dapat menyetujui keinginan pemimpin. Pada fase 3, seorang pemimpin justru akan menjadi problem
yang memacu motivasi, yang kemudian
akan diselesaikan dengan gaya kepemimpinan
sportif nondirektif dan partisipatif.
Akhirnya, pada fase 4, seorang pemimpin tidak
perlu melakukan banyak pekerjaan karena para bawahan telah mau dan mampu
bertanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaan yang diminta. Untuk lebih
jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut.
|
P
|
T
|
Mp
|
D
|
|
Immatur
|
M1
|
M2
|
M3
|
M4
|
Matur
|
Maturitas bawahan
Keterangan
:
P = Memerintahkan Mp =
Meminta partisipasi
T = Menawarkan D =
Mendelegasikan
VIII.
PENUTUP
Pada akhirnya, menurut pendapat penulis, perjalanan bangsa Indonesia menuju
masyarakat yang adil dan makmur, adalah sebuah perjuangan yang menuntut
keseriusan semua pemimpin dan jajarannya untuk bekerja keras menangani berbagai
permasalahan bangsa dan tantangan global yang sedemikian rumit.
Kondisi
Bangsa kita saat ini sedang menghadapi ujian yang sangat dahsyat, bukan karena hanya krisis multidimensional yang belum juga terselesaikan,
tetapi menyangkut pula hilangnya ketauladanan, sifat panutan dari para
pemimpinnya. Banyak
kita saksikan para pemimpin bangsa ini tidak satu hati dengan perkataannya,
juga tidak satu kata dengan perbuatannya. Bangsa ini sesungguhnya telah
kehilangan tauladan dari sang pemimpinnya. Kapan lahirnya generasi tauladan ?
Hadist Nabi Muhammad SAW,: Mulailah dari dirimu sendiri, kemudian dari
keluargamu” Wawasan ini dikenal dengan wawasan IBDA BINAFSIK yaitu mulailah atau ajaklah dirimu sendiri
terlebih dahulu sebelum mengajak orang lain atau didiklah dirimu sendiri
sebelum mendidik orang lain. Generasi Tauladan adalah generasi yang tidak hanya
memiliki komitmen terhadap moral dan etika serta kompetensi, tetapi juga
memiliki karakter. Generasi Tauladan adalah mereka yang mempunyai komitmen
keber-IMAN-an dan mempunyai tekad untuk mencerdaskan dirinya.
“Allah akan
meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu” demikianlah janji Allah
kepada Generasi Tauladan.
Proses
perubahan dapat dilakukan mulai dari tahapan peningkatan kualitas dan peran
para pimpinan dalam mengemban tugas pokok dan fungsinya masing-masing secara
profesional mewujudkan kondisi kepemerintahan yang baik (Good Governance) menuju pemerintahan yang bersih dan berwibawa (Clean Government).
Kondisi
kepemerintahan dengan kualitas aparatur yang baik dapat dicapai jika upaya
pemberdayaan segenap aparatur pemerintah diimbangi dengan upaya aktualisasi
nilai-nilai kepemimpinan, keteladanan, integritas moral dan etika segenap
pimpinan baik dari tingkat bawah sampai pada tingkat pimpinan puncak
nasional.
Sosok
pemimpin tauladan adalah sosok pemimpin yang mampu menyelenggarakan tugas dan
fungsinya sebagai pemimpin serta memiliki daya kenegarawanan dan ketauladanan.
Tipe pemimpin tauladan yang demikian, adalah pemimpin yang memenuhi 4 pilar
suri tauladan para Nabi dan Rosul yaitu :
1.
Siddik, yaitu jujur, benar berintegritas
tinggi dan terjaga dari kesalahan.
2.
Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki
legitimasi dan akuntabel.
3.
Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan
risalah kebenaran, tidak pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan.
4.
Fathonah, yaitu cerdas, memiliki
intelektualitas yang tinggi dan profesional.
Pendapat
diatas senada dengan yang diungkapkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X yang
menyatakan bahwa syarat mutlak bagi kepemimpinan nasional yang kuat dan
berwibawa, yang mampu mengantarkan bangsa ini menuju pemulihan kehidupan bangsa
yang lebih bermutu adalah mengimplementasikan tri logi kepemimpinan yang
terdiri dari : ketauladanan, kemauan (political
will) dan kompetensi.
Dan rasanya
penting untuk diingat sesanti dari Sri Sultan Hamengku Buwono X: “Setiap kita
sesungguhnya memiliki kapasitas untuk menjadi pemimpin. Kekuatan terdahsyat
seorang pemimpin adalah keteladan dan kejujurannya (siddiq)”
Marilah kita
semua, sesuai dengan jenjang dan proporsinya untuk selalu mempunyai etos kerja
6AS+1AS yaitu kerja keras, bekerja cerdas, kerja berkualitas, kerja dengan
loyalitas, kerja ikhlas, kerja tuntas, dan kerja penuh dengan integritas yang
berpedoman pada 3 TIF yaitu Positif, Kontributif dan Produktif.
IX.
DAFTAR
PUSTAKA
Abidi & Said Zainal, (2002), Kebijakan
Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta.
Adam Ibrahim Indrawijaya & Wahyu
Suprapti, (2001), Kepemimpinan Dalam Organisasi, Lembaga Administrasi Negara RI
Jakarta.
Alec Mackenzie,
(1997), The Time Trap, Amacom, New York.
A. Hoogerwerf, (1983), Ilmu Pemerintahan,
Erlangga Jakarta.
Aidh al-Qarni, (2005), Lã Tahzan (Jangan
Bersedih !), Qisthi Press, Jakarta.
Ahmad Naim Jaafar, (2006) (edisi kemas kini),
Membina Karisma, PTS Profesional Publishing Sdn.Bhd, Selangor, Malaysia.
Ambar Teguh Sulistiyani, (2004), Memahami
Good Governance Dalam Perspektif SDM, Gava Media, Yogyakarta.
Andrias Harefa, (2005), Menjadi Manusia
Pembelajar (On Becoming A Learner), Kompas, Jakarta.
Assodourian, Erik, et. al, (2003), State of
the World, Redefining Global Security, 2005, ww Norton & Company, New York.
Asmal, Keder, et. al. Nelson Mandela, (2003),
in his Own Words, ABACUS.
Bass, Bernard, (2006), Transformational
Leadership, Aditya Birla Management, Corporation, Ltd.
Baldoni, (2003), Great Motivation Secrets of
Great Leaders, McGraw Hill.
Bhre Tandes, (2007), 18 Rahasia Sukses
Pemimpin Besar Nusantara Gajah Mada (CEO Agung Majapahit), PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Bernardine R. Wirjana, M.S.W. & Susilo
Supardo, M.Hum. (2002), Kepemimpinan, (Dasar-dasar dan Pengembangannya) ANDI,
Yogyakarta.
Burhan Bungin, (2005), Metodologi Penelitian
Kuantitatif, Kencana, Jakarta.
Charles O. Jones, (1994), Pengantar Kebijakan
Publik (Public Policy), PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Cohen, William A, (2004), The Art of the Strategist,
10 Essential Principles for Leading Your Company to Victory, Library of
Congress.
Covey SR, (1992), "Principle Centered
Leadership," A Fire Side Book, Simon end Schuster, New York.
Creswell, John.W, (1994), Research Design,
Qualitative & Quantitative Approaches, Sage Publication, Inc., London.
Dale Carnegie & Associates, Inc., (1996),
Pemimpin Dalam Diri Anda, Mitra Utama, Jakarta.
Danah Zohar & Ian Marshall, (2005),
Spiritual Capital (SC), Mizan Media Utama (MMU), Bandung.
David Osborne end Ted Gacbler (1992),
Reinventing Government.
Dedi Ahmad Fauzi, (2007), Kepemimpinan
Efektif (Sebuah Inspirasi Pemikiran Untuk Kesuksesan Menjadi Seorang Pemimpin),
Restu Agung, Jakarta.
Djuyoto Suntani, (2007), Tahun 2015 Indonesia
”Pecah”, Putaka Perdamaian-Indonesia, Jakarta.
Dwiyanto, Agus, dkk. (2003), Reformasi Tata
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Djujuk Juyoto, ST., Yulia Himawati (ed)
(1993), Pemimpin Masa Depan, PT Bina Rena Pariwara, Jakarta.
DR. Thariq M. As-Suwaidan, Faishal U.
Basyarahil (2006), Mencetak Pemimpin (Tips Melahirkan Orang Sukses &
Mulia), KHALIFA, Jakarta.
Drucker, Peter F., Innovation and
Entrepreneurship, Harper Business, New York, 1995.
Dwiyanto, Agus, dkk. (2003), Reformasi Tata
Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Essex, H dan Kusy, M (1999) "Fast
Forward Leadership", Financial Times, Prentice Hall, London.
Farid Poniman, Indra Nugroho, Jamil Azzaini,
(2005), Kubik Leadership, Hikmah (PT. Mizan Publika), Jakarta.
Frances Hesselbern, Marshall Gold Smith,
Richard Beckhard (ed), (1997), The Leader Of The Future, Pemimpin Masa Depan,
alih bahasa: Bob Widyahartono, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Fulan, Michael, (2004), Leading in a Culture
of Change, Josse, Bass, A Wiley Imprint, www.josseybass.com,
Garna, K. Judistira, (2000), Penelitian Dalam
Ilmu Pemerintahan, Primaco Akademika, Bandung.
______, (1999), Ilmu-Ilmu Sosial
(Dasar-Konsep-Posisi), CV. Primaco Akademika, Bandung.
______, (1999), Ilmu-Ilmu Sosial, CV. Primaco
Akademika, Bandung.
Gering Supriyadi, (2001), Etika Birokrasi,
LAN RI, Jakarta.
Gibson, James L., John M. Ivancevich and
James H. Donnely, (1996). Organisasi (Perilaku, Struktur, Proses). Jilid I, Edisi Kedelapan,
Binarupa Aksara, Jakarta.
Grimes, A. J., (1978). ‘Authority power and
social control: a theoretical synthesis,’
Academy of Management Review, Vol. 3, p. 724-737.
Goldsmith, Marshall, et.al, Global
Leadership, the Next Generation, FT Prentice Hall, Financial Times, 2002.
Gosling, Mike & Gosling, Karen, Emotional
Leadership, Gosling International Pte. Ltd, 2004.
H. Nainggolan, (1985), Pembinaan Pegawai
Negeri Sipil, PT Pertja, Jakarta.
H.A.R.Tilaar. (1997). Pengembangan Sumber
Daya Manusia Dalam Era Globalisasi, Grasindo, Jakarta.
Hadari Nawawi, H. dan M. Martini Hadari,
(1995), Kepemimpinan Yang Efektif, UGM. Cet. II, Yogyakarta.
______, H., (1993), Kepemimpinan Menurut Islam,
UGM Pres, Yogyakarta.
Hamengku Buwono X, (2004), Sosok Pemimpin
Nasional Yang Visioner, Konsisten, Tegas dan Tidak Ambivalen, (Konvensi
Nasional II Tahun 2004 IKAL), Yogyakarta.
Hans Antlov end Sven Cederroth, (2001),
Kepemimpinan Jawa, (Perintah Halus, Pemerintahan Otoriter) Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta.
Herman Musakabe, (2004), Mencari Kepemimpinan
Sejati di Tengah Krisis dan Reformasi, Citra Insan Pembaru, Jakarta.
Hofstede,G., (1990). Cultures and
Organizations: Intercultural Cooperation end Its Importance for Survival.
Harper Collins Publisher, London.
Inu Kencana, Syafiie, H., (Cetakan kelima
2005), Pengantar Ilmu Pemerintahan, PT. Refika Aditama, Bandung.
Irawan, Prasetya, (2002), Logika dan Prosedur
Penelitian, STIA-LAN Press, Jakarta.
J. Winardi, (2005), Manajemen Perubahan
(Management of Change), Prenada Media, Jakarta.
______, (2004), Motivasi & Pemotivasian
Dalam Manajemen, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Jalaludin Rakhmat, (2006), Belajar Cerdas
(Belajar Berbasiskan Otak), Mizan Learning Center (MLC), Bandung.
James M. Kouzes & Barry Z. Posner,
(2006), 5 Teladan Kepemimpinan, PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia,
Jakarta.
John Adair, (2007), Cara Menumbuhkan Pemimpin
(7 prinsip kunci) Pengembangan Kepemimpinan Yang Efektif, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
John C. Maxwell, (1995). Mengembangkan
Kepemimpinan Di Dalam Diri Anda. Binarupa Aksara, Jakarta.
John Naisbitt, (1996), Megatrens Asia,
Delapan Megatrend Asia Yang Mengubah Dunia, alih bahasa: Danan Priyatmoko,
Wandi S. Brata, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Joko Widodo, (2001). GOOD GOVERNANCE
(Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi), Insan Cendekia, Surabaya.
______, (2006), Membangun Birokrasi Berbasis
Kinerja, Bayumedia, Malang, Jawa Timur.
Jalan Alternatif Untuk Menyelamatkan Bangsa,
Peringatan Hari Ulatang Tahun ke-25 Ikatan Alumni Lemhannas (IKAL) tanggal 17
Maret 2003
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara,
(2003), Pedoman Pengembangan Budaya Kerja Aparatur Negara, Jakarta.
Kelompok Kerja Kepemimpinan Nasional Lemhannas,
Kepemimpinan Nasional, Lemhannas R.I.
Kesler, Charles, R. (1998), Statesmanship for
America’s Future, The Claremont Institute, Laguna Beach.
Klare, Michael, Blood and Oil, (2004),
Penguin Books, London.
Kiran Bedi, (2004), It’s Always Possible (Selalu
Mungkin), Ya Obor, Jakarta.
Konvensi Nasional Ikal II, Sosok Kepemimpinan
Nasional 2004–2009, Yogyakarta, 31 Januari 2004.
Konsepsi pemikiran strategik, Sosok
Kepemimpinan Nasional 2004–2009, Yogyakarta, 31 Januari 2007.
Lembaga Administrasi Negara (LAN), (2005),
Paradigma Kepemimpinan, Pusdiklat SPIMNAS Bidang Kepemimpinan, LAN-RI, Jakarta.
Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas RI),
(2008), Kepemimpinan Modul I, Modul II, Modul III dan Modul IV
______, (1999), Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, LAN-RI, Jakarta.
______, (2001), Membangun Kepemerintahan Yang
Baik, LAN-RI, Jakarta.
______, (2001), Kepemimpinan Dalam
Organisasi, Jakarta, LAN-RI.
______, (2003), Kepemimpinan Dalam Ragam
Budaya, Jakarta, LAN-RI.
______, (2005), Dasar-Dasar Good Governance,
Jakarta, LAN-RI.
Lenny Wongso, (2007), Andrie Wongso (Sang
Pembelajar), AW Publishing, Jakarta.
Locke, Edwin A. & Associates,
(1997). The Essence of Leadership: The
Four Keys to Leading Successfully.
MacMillan, Inc. New York.
Luthans, Fred, ( 1992), "Organizational
Behavior”, Ed 6 Int. Ed,MC Graw Hill, New York,.
Luthans, Fred, (2005), Organizational
Behavior, Mc Graw-Hill International Edition, Tenth Edition, Boston.
Makmuri Muchlas, Ph.D, Dr. (1994), Perilaku
Organisasi
(Organizational Behavior), Program Pendidikan Pasca Sarjana Magister
Manajemen Rumah Sakit UGM, Yogyakarta.
Maksum (ed), (1999), Mencari Kepemimpinan
Umat, Polemik Tentang Kepemimpinan Islam Di Tengah Pluralitas Masyarakat,
Mizan, Bandung, Cet. I.
Maxwell, John. C, The 21 Irrefutable Laws of
Leadership, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1998.
M. Suyanto, (2005), Smart in Leadership
(Belajar dari Kesuksesan Pemimpin Top Dunia), ANDI, Yogyakarta.
Miftah Thoha, (1983), Kepemimpinan dalam
Manajemen, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Muchlas, M (2005) "Perilaku
Organisasi", Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Muladi, Prof. DR. SH. (2007), Postur
Kepemimpinan dan Kenegarawanan serta Peranannya dalam Pembangunan dan Program
Kemanusiaan, Lemhannas RI, Jakarta.
______, (2005), The Development of
Asia-Pacific Civilizations, DPU, Tokyo.
Nair, Keshavan, A Higher Standard of
Leadership, Lesson the Life of Gandhi, Barret-Koehler Publ.. San Fransisco,
1977.
Peter M. Senge, (1997), The Fifth Discipline,
The Art And Practice Of The Learning Organization, Century Business, London,.
______, (1999), The Dance Of Change, Nicholas
Brealey Publishing, London.
Rhenald Kasali, (2007), Re-Code (Your Change
DNA) Membebaskan Belenggu-Belenggu Untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan
Dalam Pembaharuan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
______, (2005), Change, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Rees, James C. George Washington’s Leadership
Lesson, John Wiley & Sons Inc., 2007.
Robbins, Stephen. P., & Mary Coulter,
(1999). Management (Sixth Edition). Prentice Hall, Inc. Englewood Cliffs, NJ
07632.
Robbins, Stepen. P (1993)
"Organizational Behavior", ED-6, Prentice Hall, New York.
Robert K. Greenleaf, (1977), Servant
Leadershif.
Rubin, Gretchen, (2003), Forty Ways to Look
at Winston Churchill, Random House Trade Paparbacks, New York.
Sands, Phillipe, (2005), Lawless World,
America and the Making and Breaking of Global Rules, Allken lane, penguin
Books. Londons.
Sedarmayanti, (2003), Good Governance Dalam
Rangka Otonomi Daerah; Upaya membangun Organisasi Efektif dan Efisien melaui
Restrukturisasi dan Pemberdayaaan, Mandar Maju, Bandung.
______, (2004), Good Governance
(Kepemerintahan Yang Baik) bagian kedua, Membangun Sistem Manajemen Kinerja
Guna Meningkatkan Produktivitas Menuju Good Governance, CV. Mandar Maju,
Bandung.
Soebagio Sastrodiningrat, (1999), Kapita
Selekta Manajemen & Kepemimpinan, IND-HILL-CO, Jakarta.
Soedarsono, Soemarno, (2005), Hasrat Untuk
Berubah, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
SHM Lerrick, Mayjen (Purn), Strategi
Kepemimpinan Nasional Di Era Keterbukaan.
Soemarno Soedarsono, (2001), Menepis Krisis
Identitas, Penyemaian Jati Diri, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
Sri Murtini, & Judianto, (2001),
Kepemimpinan Di Alam Terbuka, Lembaga Administrasi Negara. R.I. Jakarta.
Suaraatr2025, (2007), Integritas Dalam
Kepemimpinan
Sudarwan Danim, (2004), Motivasi Kepemimpinan
& Efektivitas Kelompok, Rineka Cipta, Jakarta.
______, (2005), Pengantar Studi Penelitian
Kebijakan, Edisi Pertama, Bumi Aksara, Jakarta.
Sujatno, Adi, (1997), Kepemimpinan Nasional
Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum (Kertas Karya Perorangan
Kursus Reguler Angkatan XXX).
______, (2003), Kepemimpinan Nasional,
LEMHANNAS, Jakarta,
______, (2005), Moral dan Etika PNS, Jakarta.
______, (2005), Etika Kepemimpinan Aparatur,
Jakarta.
______, (2005), Aktualisasi Nilai-Nilai
Kepemimpinan dan Peran Pemimpin Dalam Mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik (Good
Governance).
______, (2006), Kapita Selekta seri
Kepemimpinan, Lemhannas RI, Jakarta.
______, (2007), Moral dan Etika Kepemimpinan
Merupakan Landasan Ke Arah Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance), Jakarta.
______, (2008), Pencerahan Dibalik Penjara
versi Kepemimpinan.
Sujatno, Adi, dan Muladi, (2008), Traktat
Etis Kepemimpinan Nasional.
______, (2009), Pencerahan Kepemimpinan Di
Balik Penjara.
______, (2009), Aspek Kepribadian dan
Karakter Kepemimpinan Mahasiswa Menjawab Tantangan Zaman.
______, (2009), Kriteria Kepemimpinan
Nasional dan Wakil-wakil Rakyat Dalam Menghadapi Tantangan Global.
______, (2009), Teori-Teori Kepemimpinan.
______, (2009), Kepemimpinan KORPRI Dalam
Menghadapi Tantangan Zaman.
______, (2011), Kepemimpinan PWRI Menjawab
Tantangan Global; Lemhannas RI.
______, (2012), Traktat Etis PIMNAS, Edisi
Revisi.
Suradinata, Ermaya, (2002), Manajemen
Pemerintahan Dalam Ilmu Pemerintahan, PT. Vidcodata, Jakarta.
______, (2006), Otonomi Daerah dan Paradigma
Baru Kepemimpinan Pemerintahan dalam Politik dan Bisnis, Suara Bebas, Jakarta.
Surya Dharma, (2005), Manajemen Kinerja,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Sutarto, Cetakan ketujuh, (2006), Dasar-Dasar
Kepemimpinan Administrasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Taliziduhu Ndraha, (1997), Metodologi Ilmu
Pemerintahan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
______, (1999), Pengantar Teori Pengembangan
Sumber Daya Manusia, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
______. (1999), Manajemen Pemerintahan, IIP, Jakarta.
______, (2006), Kybernologi, Sebuah
Scientific Enterprise, Sirad Credentia Center, Tangerang.
______, (2005), Kybernologi, Beberapa
Konstruksi Utama, Sirad Credentia Center, Tangerang.
Tharoor, Sashi, Nehru, The Invention of
India, Arcade Publishing, New York, 2003.
Tim Elmore, Dr. (2007), Habitudes (Kebiasaan
& Sikap Yang Membangun Seorang Pemimpin), Seni Kepemimpinan Diri Sendiri,
Metanoia Publing, Jakarta.
The Liang Gie, (1998), Kode Etik Bagi Petugas
Pemerintahan, Pubib.
The Arbinger Institute, (2007), Leadership
and Self Deception (getting out of the box), Penguin Books.
Tyson, Shaun & Tony Jackson, (1992). The
Essence of Organizational Behavior. Prentice Hall International (UK) Ltd.,
London.
United Nation, (2004), A More secure world:
Our shared responsibility, Report of the Secretary General’s High-level Panel
on Threats, Challenge and Change.
______, (2005), The Millennium Development
Goals Report.
Vachio RP, (1990), "Theoritical and
Empirical Examination of Cognitive Resource Theory " J of Appl Psychology,
April.
W. Howard Wriggins, (1969), The Ruler’s
Impertaive, Strategies For Political Survival In Asia And Africa.
Wahjo Sumidjo, (1999), Kepemimpinan Abad Xxi,
Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
______, (2000), Teori Kepemimpinan Dan
Dasar-Dasar Manajemen, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.
Warren Bennis & Burt Nanus, (2003),
LEADERS (Strategi untuk Mengemban Tanggung Jawab), PT. Bhuana Ilmu Populer
(BIP) Kelompok Gramedia, Jakarta.
Williams, Dean, (2005), Real Leadership, BK
Publishers, San Fransisco.
Yukl, G.A., (1989). Leadership in Organizations. 2d ed. Englewood Cliffs,
N.J. : Prentice Hall.
YW Sunindhia, Ninik Widiyanti, (1988), Penerapan Manajemen Dan Kepemimpinan
Dalam Pembangunan, PT. Bina Aksara, Jakarta.
A.
IDENTITAS
PRIBADI :
Nama : Dr. Adi Sujatno, SH., MH.
Tempat/tgl.
Lahir : Jombang, 09 April 1944
Alamat
Rumah : Jl.
Pasanggrahan Timur 52A
RT.02/01 Kel.Sukaasih
Kota
Tangerang 15111
Hp.
0812 996 2424
Alamat
Kantor : LEMHANNAS RI
Jl. Merdeka Selatan No.10
Jabatan
sekarang : Taprof Bid. Kepemimpinan
Lemhannas
RI
Pangkat/Golongan : Pembina Utama/IV e (Wred)
Agama : Islam
adisujatno274pas@gmail.com
Facebook : adi sujatno
B.
KELUARGA
:
Nama
Isteri : Darjatun Dharmo Widjojo, BBA.
Anak : 5 (Lima)
Cucu :
7 (tujuh)
C.
RIWAYAT
PENDIDIKAN :
1.
SR
6 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1957.
2.
SGB 3 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1960.
3.
SGA
3 tahun di Jombang, Tamat Tahun 1963.
4.
SMA
di Tangerang, Tamat Tahun 1965.
5.
AKIP
di Jakarta, Tamat Tahun 1969.
6.
Sarjana
Hukum (S1) Fakultas Hukum Universitas Darul’Ulum Jombang Tamat Tahun 1980.
7.
Magister
Ilmu Hukum (S2) pada Universitas Muhammadiyah Jakarta.
8.
Doktor
(S3) pada UNPAD-Bandung 2010.
D.
RIWAYAT
PEKERJAAN :
1.
Kabid.
Kamtib LP. Pamekasan Tahun 1969 s/d 1973.
2.
Kalapas
Trenggalek, Tahun 1973 s/d 1979.
3.
Kalapas
Ngawi, Tahun 1979 s/d 1986.
4.
Kalapas
Mataram, Tahun 1986 s/d 1988.
5.
Direktur
Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Tahun 1988 s/d 1992.
6.
Kalapas
Kls I Sukamiskin Tahun 1992 s/d 1995.
7.
Kapusdiklat
Pegawai Kem. Kehakiman Tahun 1995 s/d 1999.
8.
Kakanwil
Jawa Tengah Dep. Kumdang Tahun 1999 s/d 2000.
9.
Direktur
Jenderal Pemasyarakatan Tahun 2000 – 2004.
10. Widyaiswara Utama pada Lemhannas RI, Kem.
Hukum dan Ham RI dan LAN RI, Tahun 2004 – Sekarang Taprof Lemhannas RI, Tahun
2009.
11. Wakil Sekjen DPN KORPRI, Tahun 2004-2009.
12. Wakil Sekjen PB PWRI, Tahun 2011-2016.
E.
PENGALAMAN
DIKLAT / SEMINAR :
1.
KURSUS DALAM NEGERI :
1)
Tar.
P4 Type A Tahun 1979.
2)
Tar.
RUTAN/RUBPASAN Tahun 1983.
3)
SPADYA
III Tahun 1985.
4)
SESPANAS
Tahun 1991.
5)
Tar.
P4 Tahun 1996.
6)
LEMHANNAS
KRA XXX Tahun 1997.
7)
MANGGALA
P4./XXX Tahun 1998.
8)
TOT di LEMHANNAS Tahun 2012.
2.
LUAR NEGERI :
1)
Training “Crime
Prevention and Treatment of Offenders di Unafei” Tokyo Japan selama 3 bulan ,
Tahun 1992.
2)
Training
“Administration and Management of Prison”, selama 1 bulan, Tahun 1994 di
Singapura.
3)
Peserta Seminar dan
Konferensi Internasional:
1.
Australia
Tahun 1993.
2.
Malaysia,
Singapura, Philipina Tahun 1994.
3.
Amerika
Serikat Tahun 1999.
4.
Cina
Tahun 2000.
5.
Malaysia
Tahun 2001.
F.
PESERTA
SEMINAR APCCA :
1.
Sidney,
Australia Tahun 2000.
2.
Bangkok,
Thailand Tahun 2001.
3.
Bali,
Indonesia Tahun 2002.
4.
Hongkong,
Tahun 2003.
5.
Langkawi, Malaysia Tahun 2008.
G.
PELATIHAN
HAM DALAM RANGKA KERJASAMA INDONESIA DENGAN IIDH PERANCIS DILAKSANAKAN DALAM 3
(TIGA) TAHAP :
1.
Tahap
I di Indonesia – in Country Training – di Puncak Bogor 3 – 7 Maret 2006.
2.
Tahap
II di IIDH Strasbourg, Perancis mulai 29 Mei – 9 Juni 2006.
3.
Tahap
III di Indonesia berupa pelaksanaan Rencana Aksi (Action Plan).
H.
PENGALAMAN
MENGAJAR / PENATARAN :
1.
Guru
SD di TangerangTahun 1964.
2.
Guru
SMP Ksatria JakartaTahun 1965/1969.
3.
Guru
SMA Ksatria JakartaTahun 1966/1969.
4.
Dosen/Fak.
Sosial Politik Univ. Soerjo Ngawi Tahun 1981/1986.
5.
Dosen/Fak.
Hukum Univ.Soerjo Ngawi Tahun 1981/1986.
6.
Dekan
Fak. Hukum Univ.Soerjo NgawiTahun 1981/1986.
7.
WaKa.
Pokja “PIMNAS“ Lemhannas RI Tahun 1998
s/d 2003.
8.
Kapokja
Pim, Lemhannas RI Tahun 2003 s/d 2009.
9.
Dosen
di Bakrie School of Management (BSM/Universitas Bakrie), Jakarta 2008.
10. Dosen STIH Iblam, Tahun 2003 s/d sekarang.
11. Dosen Akademi Imigrasi Tahun 2003 s/d
sekarang.
12. Dosen STIPAN (“Abdi Negara”), Tahun 2004 s/d
sekarang.
13. Dosen Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP),
Mata Kuliah Ilmu Pemasyarakatan/Penologi, Mata Kuliah Manajemen Pemasyarakatan
Tahun 1988 s/d sekarang.
14. Widyaiswara Utama LAN, KemkumhamTahun 2003
s/d sekarang.
15. Dosen Favorit di SELAPA POLRI Tahun 2006 s/d
sekarang.
16. Dosen Tamu di SESKO TNI Tahun 2007 s/d
sekarang.
17. Penceramah dan Dosen dengan materi
Teori-Teori Kepemimpinan, Kepemimpinan Nasional dan Negarawan, IKNI, di LAN RI,
Lemhannas RI.
18. Taprof. Bidang Kepemimpinan Lemhannas RI
Tahun 2009 s/d sekarang.
19. Dosen S2 UI Jakarta kampus salemba.
20. Dosen S2 UGM kerjasama dengan Lemhannas RI.
I.
Mata Kuliah/Pemegang Materi/Mata Ajar :
1.
Ilmu Pemasyarakatan
(Penologi),
2.
Manajemen
Pemasyarakatan,
3.
Ilmu Negara,
4.
Pancasila,
5.
Pendidikan
Kewarganegaraan,
6.
PIH / PTHI / SHI.
7.
HTN
8.
Etika Kedinasan / Kode
Etik Profesi,
9.
Ilmu Pemerintahan,
10.
Manajemen Pemerintahan,
11.
Teori-teori
Kepemimpinan,
12.
Kepemimpinan Nasional
dan Negarawan, IKNI
13.
Manajemen dan
Organisasi,
14.
Manajemen Pembinaan
Narapidana,
15.
Teori-teori Hukum,
16.
Manajemen Prison,
17. Hukum Administrasi Negara/HAN/HTP.
J.
PENGALAMAN
ORGANISASI,
KEMASYARAKATAN & PROFESI:
1.
Ketua
AMPI Tahun 1980 – 1983.
2.
Ketua
KNPI Tahun 1983 – 1986.
3.
Ketua
PBVSI Tahun 1980 – 1986.
4.
Ketua PELTI Tahun 1980
– 1986.
5.
Ketua BAPOR KORPRI
Kabupaten Ngawi Tahun 1980–1986.
6.
Wakil
Ketua KORPRI Kabupaten Ngawi Tahun 1980 – 1986.
7.
Wasekjen
DPN KORPRI Pusat Tahun 2004 – 2009.
8.
Wakil
Ketua Umum PB. Gojukai Indonesia Tahun 2006–2010.
9.
Konsultan
Senior KPANAS.
10. Ketua STIH IBLAM Jakarta.
11. Wasekjen PB. PWRI Tahun 2011-1016.
K.
KARYA
ILMIAH / TULISAN-TULISAN :
1.
Lembaga
Pemasyarakatan Khusus Nusakambangan Sehubungan dengan Integritas Hidup
Kehidupan Dan Penghidupan Narapidana Dalam Sistem Pemasyarakatan (Skripsi
Baccaloreat Lengkap Akademi Ilmu Pemasyarakatan
Tahun 1969).
2.
Beberapa
Catatan Tentang Hak Kontrol DPR Terhadap
Pemerintah (Skripsi Sarjana Lengkap Fakultas Hukum Universitas Darul Ulum
Jombang Tahun 1980).
3.
Kepemimpinan Nasional
Dalam Rangka Meningkatkan Kesadaran dan Ketaatan Hukum (Kertas Karya Perorangan
Kursus Reguler Angkatan XXX Tahun 1997).
4.
Negara
Tanpa Penjara (Sebuah Renungan) Tahun 2001.
5.
Sistim
Pemasyarakatan di Indonesia (Membangun Manusia Mandiri) Tahun 2004.
6.
Moral
dan Etika Kepemimpinan Merupakan Landasan Ke Arah Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) Tahun 2004 dan cetakan
ke 3 Tahun 2007.
7.
Penjara
Menurut Islam dalam Konteks Sistim Pemasyarakatan di Indonesia (Tesis Program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah JakartaTahun 2004).
8.
Etika Kepemimpinan
Aparatur Tahun 2005.
9.
Pencerahan
Dibalik Penjara versi KepemimpinanTahun 2008.
10. Aktualisasi Nilai-Nilai Kepemimpinan dan
Peran Pemimpin Dalam Mewujudkan Kepemerintahan Yang Baik (Good Governance) Tahun 2005.
11. Traktat Etis Kepemimpinan Nasional, ditulis
bersama Prof. Dr. Muladi, SH. Gubernur Lemhannas RI Tahun 2008.
12. Pencerahan Di Balik Penjara dari Sangkar
menuju Sanggar, Teraju Tahun 2008.
13. Pemasyarakatan Menjawab Tantangan Zaman,
ditulis bersama Didin Sudirman Setditjen Pemasyarakatan Tahun 2008.
14. Pencerahan Kepemimpinan Di Balik Penjara
Tahun 2009.
15. Aspek Kepribadian dan Karakter Kepemimpinan
Mahasiswa Menjawab Tantangan Zaman Tahun 2009.
16. Kriteria Kepemimpinan Nasional dan
Wakil-wakil Rakyat Dalam Menghadapi Tantangan Global Tahun 2009.
17. Teori-Teori Kepemimpinan Tahun 2009.
18. Paguyuban 274 Tahun 2009.
19. Kepemimpinan KORPRI Dalam Menghadapi
Tantangan Zaman Tahun 2009.
20.
Curah
Pikir Dua Sahabat, ditulis bersama Wan Nazari Malaysia Tahun 2010.
21.
Kepemimpinan
PWRI Menjawab Tantangan Global; Lemhannas RI Tahun 2011.
22.
Traktat
Etis PIMNAS, Edisi Revisi Tahun 2011.
23.
Modul
Hukum Administrasi Negara Tahun 2012.
24.
Modul Pendidikan Pancasila Tahun 2012
L.
PENGHARGAAN
:
a.
Satyalancana Karya
Satya XXX Tahun
1996 Nomor 040/TK/ Tahun 1996 Oleh
Presiden Soeharto.
b.
Tanda
Penghargaan Maheswara No. 04/MW/III/L/2003 Tahun 2003 Oleh Gubernur LEMHANNAS
RI.
c.
Piagam Penghargaan ”Maheswara Tingkat Tiga”
atas pengabdian dalam Bidang Pendidikan sebagai Maheswara selama 2 tahun sampai
dengan 7 tahun berturut-turut di Lemhannas RI.
d.
Piagam Penghargaan dari Lembaga Pendidikan
dan Pelatihan POLRI Sekolah Lanjutan Perwira sebagai Dosen / Tenaga Pendidik
Perwira Siswa Pendidikan Reguler Selapa POLRI tahun 2009.
e.
Piagam Penghargaan Gubernur Lemhannas RI
sebagai Tenaga Ahli Pengajar Bidang Kepemimpinan Lemhannas RI oleh Prof. Dr.
Muladi, SH. Tahun 2010.
f.
Penghargaan dari BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi) tahun 2010
g.
Penghargaan dari Gubernur Lemhannas RI sebagai
Penulis PRODUKTIF Tahun 2012 dalam rangka HUT ke 47 Lemhannas RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar